A. SIKAP
KERJA
Sikap
tubuh dalam bekerja atau sikap kerja adalah suatu gambaran
tentang posisi badan, kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam
hubungan antar bagian-bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya.
Faktor-faktor yang paling berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi
vertikal badan, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau
pengurangan bentuk kurva tulang belakang. Faktor-faktor tersebut akan
menentukan efisien atau tidaknya sikap tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh bisa
dikatakan efisien adalah jika :
a. menempatkan
tekanan yang seimbang pada bagian-bagian tubuh yang berbeda.
b. membutuhkan
sedikit usaha otot untuk bertahan, atau
c. terasa
nyaman bagi masing-masing orang.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu :
a.
Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri
secara bergantian.
b.
Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini
tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil.
c. Tempat
duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot – otot yang
sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian
tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi
darah dan juga untuk mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu
aktivitas.
1. DETERMINAN
SIKAP KERJA
Sikap
kerja dapat dijadikan indikator apakah suatu pekerjaan berjalan lancar atau
tidak. Jika sikap kerja dilaksanakan dengan baik, pekerjaan akan berjalan
lancar. Jika tidak berarti akan mengalami kesulitan. Tetapi, bukan berarti
adanya kesulitan karena tidak dipatuhinya sikap kerja, melainkan ada masalah
lain lagi dalam hubungan antara karyawan yang akibatnya sikap kerjanya
diabaikan.
a. Menurut
para tokoh :
1) Gibson
(1997), menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau negatif atau keadaan
mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun
keadaan. Sikap lebih merupakan determinan perilaku sebab, sikap berkaitan
dengan persepsi, kepribadian dan motivasi.
2) Sada
(2000), adalah tindakan yang akan diambil karyawan dan segala sesuatu yang
harus dilakukan karyawan tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang
dilakukan.
b. Sikap
yang positif
1) Kemauan
untuk bekerja sama. Bekerja sama dengan orang-orang dalam suatu kelompok akan
memungkinkan perusahaan dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin dicapai oleh
orang-orang secara individual.
Rasa memiliki. Adanya rasa ikut memiliki karyawan terhadap perusahaan akan membuat karyawan memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap perusahaan sehingga pada akhirnya akan menimbulkan loyalitas demi tercapainya tjuan perusahaan.
Rasa memiliki. Adanya rasa ikut memiliki karyawan terhadap perusahaan akan membuat karyawan memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap perusahaan sehingga pada akhirnya akan menimbulkan loyalitas demi tercapainya tjuan perusahaan.
2) Hubungan
antar pribadi. Karyawan yang mempunyai loyalitas karyawan tinggi mereka akan
mempunyai sikap fleksibel kea rah tete hubungan antara pribadi. Hubungan antara
pribadi ini meliputi : hubungan social diantara karyawan. Hubungan yang
harmonis antara atasan dan karyawan, situasi kerja dan sugesti dari teman
sekerja.
3) Suka
terhadap pekerjaan. Perusahaan harus dapat menghadapi kenyataan bahwa
karyawannya tiap hari dating untu bekerja sama sebagai manusia seutuhnya dalam
hal melakukan pekerjaan yang akan dilakukan dengan senang hati sebagai
indikatornya bisa dilihat dari : kesanggupan karyawan dalam bekerja, karyawan
tidak kpernah menuntut apa yang diterimanya di luar gaji pokok.
c. Faktor-faktor
Sikap Kerja
Menurut Blum and Naylor (Aniek, 2005) terdapat beberapa factor yang mempengaruhi sikap kerja, diantaranya:
Menurut Blum and Naylor (Aniek, 2005) terdapat beberapa factor yang mempengaruhi sikap kerja, diantaranya:
1) Kondisi
Kerja → Situasi kerja yang meliputi lingkungan fisik ataupun lingkungan social
yang menjamin akan mempengaruhi kenyamanan dalam bekerja. Karena dengan adanya
rasa nyaman akan mempengaruhi semangat dan kualitas karyawan.
2)
Pengawasan Atasan → Seorang pimpinan yang melakukan pengawasan terhadap
karyawan dengan baik dan penuh perhatian pada umumnya berpengaruh terhadap
sikap dan semangat kerja karyawan.
3) Kerja
sama dari teman sekerja → Adanya teman sekerja yang dapat berkerjasama akan
sangat mendukung kualitas dan prestasi dalam menyelesaikan pekerjaan.
4)
Keamanan → Adanya rasa aman yang tercipta serta lingkungan yang
terjaga akan menjamin dan menambah ketenangan dalam pekerjaan.
5) Kesempatan
untuk maju → Adanya jaminan masa depan yang lebih baik dalam hal karier baik promosi
jabatan dan jaminan hari tua.
6) Fasilitas
kerja → Tersedianya fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan karyawan dalam
pekerjaannya.
7) Upah
atau Gaji → Rasa senang terhadap imbalan yang diberikan perusahaan baik yang berupa gaji pokok, tunjangan dan sebagainya
yang dapat mempengaruhi sikap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
2. PENGUKURAN SIKAP KERJA
Seperti
yang sudah diuraikan sebelumnya, Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor
yang sangat penting untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seorang
merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin
dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas
pekerjaannya. Dengan demikian produktivitas dan hasil kerja karyawan akan
meningkat secara optimal.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pada dasarnya secara praktis
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan
dibawa oleh setiap karyawan sejak mulai bekerja di tempat pekerjaannya, Sebagai
contoh, karyawan yang sudah lama bekerja memiliki kecenderungan lebih puas
dibandingkan dengan karyawan yang belum lama bekerja. Faktor eksentrinsik
menyangkut hal-hal yang berasal dari luar diri karyawan, antara lain kondisi
fisik lingkungan kerja, interaksinya dengan karyawan lain, sistem penggajian
dan
sebagainya. Secara
teoritis, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja sangat banyak
jumlahnya, seperti gayakepemimpinan, produktivitas kerja, perilaku, locus of
control , pemenuhan harapan penggajian dan efektivitas kerja.
3. MACAM – MACAM SIKAP KERJA
a. Sikap Kerja Duduk.
Sikap kerja duduk
merupakan sikap kerja yang kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi
stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih sedikit energi daripada berdiri
karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Kegiatan
bekerja sambil duduk harus dilakukan secara ergonomi sehingga dapat memberikan
kenyamanan dalam bekerja.
Sikap duduk yang
keliru merupakan penyebab adanya masalah – masalah punggung. Hal ini dapat
terjadi karena tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat
duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika diasumsikan
tekanan tersebut sekitar 100% ; maka cara duduk yang tegang atau kaku (erect
posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang
dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190% .
Sikap duduk paling
baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang
adalah sikap duduk dengan sedikit lardosa pada pinggang dan sedikit mungkin
kifosa pada punggung (Suma’mur, 1989). Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya
duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh
belakang kursi. Selain itu, duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit
lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua tungkai tidak
saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung dan hindari duduk
dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan siku
dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Wasisto, 2005).
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah
sebagai berikut :
1) Menghilangkan tumpuan berat badan pada
kaki.
2) Memungkinkan tubuh menghindari sikap
yang tidak alamiah.
3) Kurangnya penggunaan energi sehingga bisa mengurangi atau memperlambat
terjadinya kelelahan.
4) Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi
darah.
5) Memberikan kestabilan lebih besar pada
pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ketepatan dan ketelitian.
6) Memungkinkan pengoperasian alat kendali
kaki dengan lebih mudah, tepat dan aman dalam posisi tubuh yang tetap baik.
Namun, kegiatan bekerja sambil duduk
juga dapat menimbulkan kerugian/ masalah bila dilakukan secara tidak ergonomis.
Kerugian tersebut antara lain:
1)
Melembeknya otot – otot perut.
2)
Melengkungnya punggung.
3)
Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya
pada organ pada sistem pencernaan jika posisi dilakukan secara membungkuk.
b. Sikap Kerja Berdiri.
Selain sikap kerja
duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan. Sikap kerja
berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan berat
badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi berdiri
terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan
tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran
sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan
subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian
dengan sikap kerja duduk (Rizki, 2007). Keuntungan dan kerugian sikap
kerja berdiri :
1) Keuntungan: Otot perut tidak kendor, sehingga
vertebra (ruas tulang belakang) tidak rusak bila mengalami pembebanan.
2) Kerugian: Otot kaki cepat lelah.
c. Posisi Kerja Duduk – Berdiri
Posisi kerja
duduk-berdiri yaitu posisi atau sikap kerja yang dapat dilakukan dengan berdiri
atapun duduk. Posisi Duduk - Berdiri mempunyai keuntungan secara Biomekanis
dimana tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah dibandingkan
dengan posisi duduk maupun berdiri terus menerus.
Sikap kerja lainnya antara lain :
1) Mengangkat beban
Bermacam cara dalam mengangkat beban
yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung , dll. Beban yang terlalu
berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kegiatan-kegiatan mengangkat dan mengangkut adalah sebagai berikkut :
a) Beban yang diperkenakan, jarak
angkut dan intensitas pembebanan.
b) Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan
medan yang licin, kasar, naik turun.
c) Keterampilan bekerja
d) Peralatan kerja beserta keamanannya.
Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang
baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis yaitu :
a) Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak mungkin
otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan.
b) Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk
mengawali gerakan.
Penerapan :
1)
Pegangan harus tepat
2)
Lengan harus berada sedekatnya pada
badan dan dalam posisi lurus
3)
Punggung harus diluruskan
4)
Dagu ditarik segera setelah kepala bisa
di tegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan
5)
Posisi kaki di buat sedemikian rupa
sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat
6)
Beban diusahakan berada sedekat mungkin
terhadap garis vertical yang melalui pusat grafitas tubuh.
2) Menjinjing
Beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat
beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dan sebagainya. Beban yang
terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan. Beban yang diangkat tidak melebihi
aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:
a) Sikap kerja almiah
Sikap kerja almiah aadalh sikap kerja
atau posisi kerja yang sesuai dengan bentuk alamiah kurva tulang belakang.
Misalnya pada sikap kerja duduk yang paling baik adalah sedikit lordose pada
pinggang dan sedikit kifose pada punggung. Dengan posisi seperti ini pengaruh
buruk pada tulang belakang terutama pada lumbosacral dapat
dikurangi. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan kursi dengan sandaran
pinggang yang sesuai dengan bentuk anatomis alami tulang belakang.
b) Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap
kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah
misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala
terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi
tubuh, maka akan semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas,
alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
pekerja. Posisi tubuh atau sikap kerja yang tidak alamiah dan cara kerja yang
tidak ergonomis dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan pada pekerja antara lain:
1) Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang
dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lain-lain.
2) Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.
3) Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan kaki,
tangan atau leher/kepala).
4) Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring,
bongkok).
KEPUASAN KERJA
1. DEFINISI KEPUASAN KERJA
Beberapa
definisi kepuasan kerja menurut para tokoh yaitu sebagai berikut.
Menurut Steve M. Jex mendefinisikan kepuasan kerja sebagai “tingkat
afeksi positif seorang pekerja terhadap pekerjaan dan situasi pekerjaan.”
Bagi
Jex, kepuasan kerja melulu berkaitan dengan sikap pekerja atas pekerjaannya.
Sikap tersebut berlangsung dalam aspek kognitif dan perilaku. Aspek kognitif kepuasan
kerja adalah kepercayaan pekerja tentang pekerjaan dan situasi pekerjaan: Bahwa
pekerja yakin bahwa pekerjaannya menarik, merangsang, membosankan atau
menuntut. Aspek perilaku pekerjaan adalah kecenderungan perilaku pekerja atas
pekerjaannya yang ditunjukkan lewat pekerjaan yang dilakukan, terus bertahan di
posisinya, atau bekerja secara teratur dan disiplin.
Kepuasan kerja biasanya didefinisikan sebagai tingkat pengaruh positif karyawan
terhadap pekerjaannya atau situasi pekerjaan. Pengaruh positif pada definisi
ini dapat ditambahkan komponen kognitif dan perilaku, hal ini sesuai dengan
cara psikologis social mendefinisikan sikap. Kepuasan kerja nyatanya adalah
sikap karyawan terhadap pekerjaannya.
Menurut Tiffin kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya
sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan karyawan. Sedangkan
menurut Blum mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus
terhadap faktor – faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial
individu diluar kerja.
2. ASPEK-ASPEK KEPUASAN KERJA
Lima aspek yang terdapat dalam kepuasan
kerja, yaitu :
a. Pekerjaan itu sendiri
(Work It self)
Setiap pekerjaan memerlukan suatu
keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya
suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam
melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
b. Atasan (Supervisior)
Atasan yang baik berarti mau menghargai
pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur
ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
c. Teman sekerja (Workers)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan
hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang
sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
d. Promosi (Promotion)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
e. Gaji/Upah (Pay)
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
3. DIMENSI KEPUASAN KERJA
Model
Theory of Work Adjustment mengukur 20 dimensi yang menjelaskan 20 kebutuhan
elemen atau kondisi penguat spesifik yang penting dalam menciptakan kepuasan
kerja. Dimensi-dimensi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Ability Utilization
adalah pemanfaatan kecakapan yang
dimiliki oleh karyawan.
b. Achievement
adalah prestasi yang dicapai selama bekerja.
c. Activity
adalah segala macam bentuk aktivitas
yang dilakukan dalam bekerja.
d. Advancement
adalah kemajuan atau perkembangan yang
dicapai selama bekerja.
e. Authority
adalah wewenang yang dimiliki dalam
melakukan pekerjaan.
f. Company Policies and Practices
adalah kebijakan yang dilakukan adil
bagi karyawan.
g. Compensation
adalah segala macam bentuk kompensasi
yang diberikan kepada para karyawan.
h. Co-workers
adalah rekan sekerja yang terlibat
langsung dalam pekerjaan.
i. Creativity
adalah kreatifitas yang dapat dilakukan
dalam melakukan pekerjaan.
j. Independence
adalah kemandirian yang dimiliki
karyawan dalam bekerja.
k. Moral values
adalah nilai-nilai moral yang dimiliki
karyawan dalam melakukan pekerjaannya seperti rasa bersalah atau terpaksa.
l. Recognition
adalah pengakuan atas pekerjaan yang
dilakukan.
m. Responsibility
adalah tanggung jawab yang diemban
dan dimiliki.
n. Security
adalah rasa aman yang dirasakan
karyawan terhadap lingkungan kerjanya.
o. Social Service
adalah perasaan sosial karyawan terhadap
lingkungan kerjanya.
p. Social Status
adalah derajat sosial dan harga diri
yang dirasakan akibat dari pekerjaan.
q. Supervision-Human Relations
adalah dukungan yang diberikan oleh
badan usaha terhadap pekerjanya.
r. Supervision-Technical
adalah bimbingan dan bantuan teknis yang
diberikan atasan kepada karyawan.
s. Variety
adalah variasi yang dapat dilakukan
karyawan dalam melakukan pekerjaannya.
t. Working Conditions
adalah keadaan tempat kerja dimana
karyawan melakukan pekerjaannya.
Hipotesis pokok dart Theory of Work
Adjustment adalah bahwa kepuasan kerja merupakan fungsi dari hubungan antara
sistem pendorong dari lingkungan kerja dengan kebutuhan individu.
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA
a. Faktor Kepuasan
Finansial, yaitu terpenuhinya keinginan karyawan terhadap kebutuhan finansial
yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga kepuasan
kerja bagi karyawan dapat terpenuhi. Hal ini meliputi; system dan besarnya
gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan serta
promosi.
b. Faktor Kepuasan Fisik, yaitu faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan.
Hal ini meliputi; jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan istirahat,
perlengkapan kerja, keadaan ruangan/suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi
kesehatan karyawan dan umur.
c. Faktor Kepuasan
Sosial, yaitu faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara
sesama karyawan, dengan atasannya maupun karyawan yang berbeda jenis
pekerjaannya. Hal ini meliputi; rekan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan
bijaksana, serta pengarahan dan perintah yang wajar.
d. Faktor Kepuasan Psikologi, yaitu faktor
yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan. Hal ini meliputi; minat, ketentraman
dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan.
5. HUBUNGAN PELAKSANAAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA
Ada
sejumlah faktor ekstrinsik yang terdiri dari salary, keamanan
kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, quality of technical
supervision, dan kualitas hubungan interpersonal diantara rekan sekerja,
atasan, dan bawahan. Keberadaan kondisi tersebut belum tentu dapat memotivasi,
tetapi bila tidak ada menyebabkan ketidakpuasan karyawan karena mereka perlu
mempertahankan paling tidak suatu tingkat tidak ada kepuasan. Kondisi ini
disebut sebagai faktor higienes atau ketidakpuasan. Karyawan cenderung tidak
puas apabila faktor-faktor ini dirasa tidak mencukupi. Ada sejumlah faktor
intrinsik yang terdiri dari achievement, recognition,responsibility, advancement,
pekerjaan itu sendiri, dan kemungkinan berkembang, kondisi ini apabila ada akan
memberikan motivasi bagi karyawan. Kondisi ini disebut sebagai faktor pemuas
atau motivator.

No comments:
Post a Comment