Nama : Muhammad Fahmi Aulia Rahman
Kelas : 2PA16
NPM : 15513890
I. HUBUNGAN INTERPERSONAL
Hubungan
interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar
menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan
juga menentukan relationship.
A. Model-Model Hubungan Interpersonal
· Model pertukaran sosial ( social
exchange model)
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Pada model
ini, orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang
memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
menyimpulkan model ini sebagai asumsi dasar bahwa setiap individu secara
sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut
cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.
· Model peranan (role model)
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap
orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat oleh
masyarakat. Terdapat empat konsep pokok yang harus diperhatikan dalam model ini
untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu : Ekspektasi
peranan (role expectation), Tuntutan peranan (role demands), Keterampilan
peranan (role skills), dan Konflik Peranan.
· Model Permainan
Model
ini berasal dari psikiater Erie Berne (19964, 1972). Analisisnya kemudian
dikenal sebagai analisis transaksional. Dalam model ini, orang-orang
berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga
bagian kepribadian manusia yaitu : orang tua (parent), orang dewasa (adult)dan anak (child).
· Model Interaksional (Interactional
Model)
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem
memiliki sifat struktural, integratif, dan medan. Semua sistem, terdiri atas
subsistem-subsistem yang saling bergantung dan bertindak bersama sabagai satu
kesatuan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama,
metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang
dilakukan.
B. Memulai Hubungan
Adapun
tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan
Tahap
ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah
menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak
yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini
informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi
pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
· Informasi demografis.
· Sikap dan pendapat (tentang orang atau
objek).
· Rencana yang akan datang.
· Kepribadian.
· Perilaku pada masa lalu.
· Orang lain.
· Hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan
interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara
dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ini, yaitu: keakraban, control,
respon yang tepat, dan nada emosional yang tepat. Keakraban merupakan
pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara
apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
C. Hubungan Peran
1. Model Peran
Menganggap
hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus
memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat.
Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai
dengan peranannya.
2. Konflik
Konflik
Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang
yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal
ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.
Konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota
organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan
organisasi tersebut.
3. Adequacy Peran dan Autentisitas Dalam
Hubungan Peran
Kecukupan
perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada
preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat
memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut
peran-peran tersebut.
D. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Sebagai
konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu
menjadi spesifik atau terjalin hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi
istimewa buat kita, sedangkan orang lain tidak. Orang-orang tertentu menjadi
sangat dekat dengan kita, dibandingkan orang lain. Adapun bentik intim terdiri
dari persaudaraan, persahabatan, dan percintaan. Lebih jauh mengenai
bentuk-bentuk hubungan intim tersebut dapat dijelaskan pada bagian berikut :
· Persaudaraan
Hubungan
intik ini didasarkan pada hubungan darah. Hunungan intim interpersonal dalam
persaudaraan terdapat hubungan inti ssperti dalam keluarga kecil. Pada
persaudaraan itu didlamnya terkandung proximitas dan keakraban.
· Persahabatan
Persahabatan
biasanya terjadi pada dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan.
Utamanya persamaan usia. Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman,
lebih dari itu diantara mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga
mempunyai kedekatan psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan
interpersonal terjadi persahabatan yaitu : sering bertemu, merasa bebas membuka
diri, bebasmenyatakan emosi, dan saling tergantung diantara mereka.
· Percintaan
Persabatan
antar pria dan wanita bisa berubah mejadi cinta, jika dua individu itu merasa
sebagai pasangan yang potensial seksual. Dalam suatu persahabatan, dapat
melahirkan satu proses yang namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena ada dua
perbedaan mendasar antara persahabatan dan cinta.
E. Intimasi dan Pertumbuhan
Apapun
alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah
cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti
proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah
kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita
kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun
menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan
kita. Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima,
dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan
hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat
dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita
adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat
disebabkan karena :
· Kita tidak mengenal dan tidak menerima
siapa diri kita secara utuh.
· Kita tidak menyadari bahwa hubungan
pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
· Kita tidak percaya pasangan kita
sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
· Kita dibentuk menjadi orang yang
berkepribadian tertutup.
· Kita memulai pacaran bukan dengan
cinta yang tulus.
II. CINTA DAN PERKAWINAN
A. Memilih Pasangan
Kebebasan
itu memang omong kosong. Tak ada kebebasan untuk memilih, termasuk memilih
pasangan hidup. Seringkali orangtua kita sibuk untuk memilihkan pasangan yang
terbaik. Namun terbaik untuk mereka belum tentu terbaik untuk anaknya. Yang
terpenting adalah kita harus memiliki kecocokan dengan orang tersebut. Akan lebih
nyaman lagi jika kita memiliki kesamaan opini, kepribadian, hobi atau yang
lainnya. Meskipun kesamaan itu sulit untuk didapatkan, namun kita tidak boleh
terhenti hanya karena perbedaan. Jadikanlah perbedaan itu sebagai variasi dalam
suatu hubungan. Pada dasarnya memilih
pasangan hidup itu berdasarkan tiga kriteria dasar yaitu :
· Cocok jadi anak dari orang tua kita
· Cocok jadi suami/istri yang baik.
· Cocok jadi sosok ayah/ibu bagi
anak-anaknya kelak.
B. Hubungan dalam Perkawinan
Banyak
sekali hal yang terjadi dalam hubungan perkawinan karena menyatukan dua
individu yang berbeda itu sangat sulit dan selalu menimbulkan perbedaan
pendapat dan ketidaksetujuan akan sesuatu. Maka yang bisa kita lakukan adalah
menjadikan kekurangan pasangan itu sebagai bagian dari kehidupan kita dan
menerimanya dengan ikhlas serta selalu berusaha untuk tidak menjadikan semua
itu sebagai masalah. Dalam hubungan perkawinan, harus ada pemenuhan peran. Laki
– laki sebagai suami dan wanita sebagai istri. Suami berkewajiban untuk
menafkahi keluarga yaitu istri dan anak-anaknya. Suami bertugas untuk mengayomi
serta melindungi keluarganya dari segala hal yang bersifat buruk. Sehingga
keluarga merasa aman jika ada peran kepala keluarga. Istri bertugas untuk
melayani suami, taat dan berbakti terhadap suami. Satu catatan penting yaitu
keberhasilan seorang suami tidak akan ada tanpa peran seorang istri. Seringkali
istri dipersalahkan akan masalah – masalah yang ada dalam kehidupan rumah
tangga. Disitulah istri merasa terpojokkan. Maka pada masa kini banyak sekali
wanita yang ingin memberlakukan emansipasi wanita. Bahwa wanita itu tidak harus
selalu dipersalahkan. Saat ini para istri banyak yang bekerja untuk membantu
ekonomi keluarga. Selain membantu suaminya bekerja, hal tersebut pun dilakukan
untuk mempertahankan harga diri wanita yang sering terinjak – injak hanya
karena wanita terlalu tergantung kepada suaminya. Kehidupan perkawinan itu
memang selalu rumit. Oleh karena itu semua kembali kepada kesabaran masing –
masing orang untuk menjalaninya demi mempertahankan keutuhan keluarga.
C. Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam
Perkawinan
Perkawinan
tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat
mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak
diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan
dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi
dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak. Relasi yang diharapkan
dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena
adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal
yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu
sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada
dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup
perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak
pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian. Banyak yang
bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan
ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga
kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
D. Perceraian dan Pernikahan Kembali
Menikah
kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk
diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang
terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa
memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri
mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui
mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Apa yang akan
mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor.
Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah
lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor
pendidikan, pendapatan dan sosial. Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya
tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi,
semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan
kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi
pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan,
semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia.
Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau
sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal
yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar
belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk
diusahakan bersama. Jika ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari
tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan
hati. Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi pengalaman menarik.
tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik.
E. Alternatif selain Perkawinan (Single Life)
Hidup
di dalam kesendirian memang tidak mudah untuk dijalani. Namun ini adalah suatu
pilihan yang diambil di kala orang sudah putus asa untuk membina suatu hubungan
perkawinan. Misalnya seorang wanita yang sudah lebih dari satu kali menikah dan
gagal. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak bersuami dan mengurus anak – anaknya
sendiri. Ia merasa mampu karena ia pun seorang wanita karir yang memiliki
penghasilan yang cukup. Namun meskipun demikian, seseorang yang menjalani
single life pasti mengalami loneliness atau rasa kesepian. Terlebih ketika ia
sudah lanjut usia dan anak – anaknya sudah berkeluarga.
SUMBER
:
http://www.academia.edu/5418626/HUBUNGAN_INTERPERSONAL
https://xiaolichen14.wordpress.com/2013/04/26/hubungan-interpersonal/
No comments:
Post a Comment