Nama : Muhammad Fahmi Aulia Rahman
Kelas : 2PA16
NPM : 15513890
1) Penyesuaian Diri Dari Pertembuhan
A. Penyesuaian Diri
Manusia
sejatinya dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang membuatnya harus
bisa dapat menyesuaikan diri, manusia pada awalnya melakukan penyesuaian
fisiologis tetapi dengan seiringnya berkembangnya manusia, manusia tidak hanya
harus bisa beradaptasi dengan lingkungan saja atau fisiologisnya saja tapi
harus bisa menyesuaikan diri secara psikologis.
Ada
juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup
konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun
terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai
usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapat
tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan
perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional.
Proses
penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah. Hal ini karena didalam
kehidupannya manusia terus dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan
harapan-harapan sosial baru. Periode penyesuaian diri ini merupakan suatu
periode khusus dan sulit dari rentang hidup manusia. Manusia diharapkan mampu
memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan sikap-sikap sosial baru dan
nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dihadapi.
Manusia
yang dapat menyesuaikan diri dengan baik (good adjustment) adalah apabila
seseorang menampilkan respon yang matang, efisien, memuaskan, dan wholesome.
Yang dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan
harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome
maksudnya adalah respon yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia,
dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan. Manusia
yang dapat menyesuaikan diri dengan baik maka hidupnya akan harmonis dan jauh
dari penyimpangan-penyimpangan begitu juga sebaliknya apabila seseorang
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri mereka akan mengalami maladjustment
yang ditandai dengan penyimpangan atau perilaku yang menyimpang yang tidak
berlaku di lingkungan tersebut.
Penyesuaian
diri bersifat relatif, karena tidak ada orang yang mampu menyesuaikan diri
secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian diri bersifat relatif adalah
melibatkan kapasitas atau kemampuan seseorang dalam beradaptasi baik dari dalam
maupun dengan lingkungan. Kapasitas ini bervariasi antara yang satu dengan yang
lainnya, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat perkembangan
seseorang. Kedua adalah karena adanya perbedaan kualitas penyesuaian diri
antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau budaya lainnya. Dan
terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada setiap individu, setiap
orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian diri.
Aspek-aspek
Penyesuaian Diri
Pada
penyesuaian diri ada dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial seperti yang akan di jelaskan di bawah ini.
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian
pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga
tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya.
Pada
penyesuain ini seseorang menyadari siapa dirinya, apa kelebihan dan
kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya
tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa
benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, kecewa, atau tidak percaya pada
kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan adanya perasaan yang
tenang tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah,
rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang
dialaminya.
Sebaliknya
kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan,
ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya dan dapat berdampak
negative atau perilaku yang menyimpang.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap
iindividu hidup di dalam lingkup sosial. Di dalam lingkup sosial (masyarakat)
terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses
tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah
aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai
penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses
ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam
lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang
lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.
Apa
yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat
masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan
individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik.
Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah
kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Dalam
proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan
peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari
pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua
penyesuaian di atas adalah dasar agar indvidu dapat menyesuaikan diri dengan
baik tanpa adanya perilaku penyimpangan yang tidak sesuai dengan peraturan dan
norma-norma yang terdapat di suatu lingkungan tersebut.
B. Pertumbuhan Personal
Manusia merupakan makhluk individu. Manusia disebut
sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya
sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi
individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang
khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik
terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu
tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit
demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap
individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal
tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor
utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan
karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama
dengan keluarga.
Setiap
individu memiliki naluri yang secara tidak langsung individu dapat
memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya apakah hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu
individu berada di dalam masyarakat yang
memiliki suatu norma-norma yang berlaku
maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam
kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak
disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan
mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak
disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di
lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi
yang cuek.
2) STRESS
A. Arti Penting Stress
Stres
adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada
peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan
oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress
adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri,
sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Stres
tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena
stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi
hasil. Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja
yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang
menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari
pekerjaan mereka.
Stres
bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan,
atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat
berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan.
Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap
permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak
implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.
B. Tipe-tipe stress
Menurut
Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis yaitu:
a) Frustasi
Muncul
karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu tujuan.Frustasi adaa yang
bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik
(kecelakaan,bencana alam,kematian,pengangguran,perselingkuhan,dll)
b) Konflik
Ditimbulkan
karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan,kebutuhan atau
tujuan.Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian yaitu approach-approach
conflict,approach-avoidant conflict,avoidant-avoidant conflict.
c) Tekanan
Tekanan
timbul dalam kehidupan sehari-hari dan dapat berasal dalam diri
individu.Tekanan juga dapat berasal dari luar diri individu/
d) Kecemasan
Kecemasan
merupakan suatu kondisi individu merasakan kekhawatiran,kegelisahan,ketegangan,dan
rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya
sesuatu yang buruk.
C. Sympton – Reducing (respon terhadap stress)
- Respon inflamasi
respon
ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri
hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat
dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat.
- Respon refleks nyeri
respon
ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan
lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
D. Pendekatan Problem Solving Terhadap Stress
Salah
satu cara dalam menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback,
tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres
kemudian belajar untuk menguasainya.
Teknik
ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback.
Melakukan
sugesti untuk diri sendiri, juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana
keadaan diri kita sendiri. Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara
ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada
Tuhan).
http://id.wikipedia.org/wiki/Stres
http://alfinazrialdy.blogspot.com/2013/06/arti-penting-stress.html
http://smileandsprit.blogspot.com/2011/03/penyesuaian-diri-pertumbuhan-personal.html
No comments:
Post a Comment